Rabu, 13 Juni 2018

SURAT CINTA UNTUK ANAKKU #1




2 Juni 2018. Tepat pukul 04.00 pagi alaram di handphone bapak berbunyi, bersamaan dengan Ibumu membangunkan untuk makan sahur. Di meja makan sudah tertata rapi seperti biasa, Ibu sudah menyiapkan makan sahur dan segelas susu coklat. Belum sempat memegang sendok makan, Ibumu menyuruh bapak untuk pergi melihat sesuatu di atas meja kamar tidur.
  "Yonk, coba liat deh di atas meja" kata Ibumu dengan nada datar. "Apaan sih", jawab bapak dengan mata masih ngantuk sehabis cuci muka. "Cepat o di lihat dulu" kata beliau dengan nada yang beda kali ini lebih memaksa. "Emang udah di tes?", kata bapak lagi. "Udah, cepetan!" Ibumu menyambar. "Ah, pasti zonk lagi kan?" Kata Bapak dengan rasa penasaran juga harap-harap cemas. 

Kertas biru di atas meja perlahan mulai Bapak buka. Pelan-pelan dengan rasa takut dan juga dengan rasa penasaran seperti yang sudah-sudah. Bapak beranikan diri untuk membuka kertas tersebut. Nampak sebuah alat test pack dengan dua garis merah sangat jelas terlihat. Seolah tidak percaya, langsung Bapak teriak dengan perasaan campur aduk antara seneng, kaget dan bingung (maklum udah kena PHP 2 kali). Bapak samperin Ibumu dengan ciuman bahagia di pipi sebelah kanan Ibumu dan kami berdua tertawa dan teriak bareng pukul 04.00 pagi. Bayangkan kalau ini bukan pas bulan puasa mungkin dikira tetangga kami sedang lembur nak.

Pada hari itu juga Bapak menyuruh Ibumu untuk periksa ke RS nak, kali ini Ibumu memberanikan diri untuk datang ke RS sendiri. Tidak biasanya Ibumu se-pemberani ini. Jangan tanya Bapak kemana? Bapak jelas sedang kerja untuk membiayai persalinanmu nanti. Ibumu setiap weekend libur nak, sedangkan Bapak tidak. Bapak harus rela setiap weekend tidak bisa santai bareng dengan Ibumu. Tapi Bapak janji, nanti kalau kamu sudah lahir, Bapak akan usahakan ada waktu setiap weekend untuk kalian. O iya, Ibumu ditangani sama dokter Hasto Wardoyo. Jadi, selain Bapak dan Ibu, dokter Hasto juga sudah tahu dengan berita bahagia ini.

Sementara Ibumu sedang nunggu antrian, Bapak di tempat kerja juga merasakan sedih yang luar biasa karena tidak bisa menemani Ibumu periksa. Perasaan ini tidak mungkin Bapak ungkapkan langsung, karena jelas Ibumu tidak percaya. Yah, nanti kamu juga paham lah nak bagaimana sifat Ibumu. Gitu lah pokoknya.

Satu rahasia lagi yang Bapak sembunyikan dari Ibumu, saat Ibumu sedang berjuang mengantri nomer antrian untuk periksa diam-diam Bapak menangis di mushola tempat Bapak kerja. Iya, Bapak nangis, nak. Bapak tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia ini ketika Bapak sedang diskusi dengan Tuhan. Rasa syukur yang sangat kuat dan bahagia membuat air mata Bapak semakin menjadi-jadi. Unbelievable, doa Bapak dan Ibu di jawab dengan jelas, nak. Berkah Ramadhan. 

Setelah lama menunggu, akhirnya Ibumu sudah selesai periksa. Sekitar pukul 14.00 Ibumu kirim pesan singakat whatsapp. Kira-kira isinya begini. 



"Udah abis periksa,,, baru keliatan kantongnya ja,, belum ada embryonya,,, suruh balik 2minggu lagi buat cek. Katanya sih emang tanda mau hamil soalnya kayak kantong rahimnya itu menebal"


Setelah membaca WA dari Ibumu sontak Bapak juga kaget, nak. Bapak bingung ini berita baik atau sebaliknya. Ibumu kemudian panik, takut hal lain terjadi. Bapak berusaha tenang dan menenangkan Ibu. Entah kenapa Bapak berubah menjadi tenang tidak ada panik lagi, Bapak yakin bahwa kamu ada. Bapak yakin kalau Tuhan sudah berkata pada Bapak agar lebih tenang. Kemudian ketenangan ini yang menguatkan Bapak dan Ibu. Sampai ketemu 2 minggu lagi ya nak, disaat usiamu sudah 7 minggu. Sehat terus di dalam perut Ibu.