
Malam
ini saya menangis di dalam hati, hati kecil saya mendadak bisu dan perih
ini masih tersisa di setiap jari-jari saya menekan tombol keybord di laptop
butut ini. Sembari diiringi musik dari Tulus - Monokrom menambah sedih ini semakin menjadi-jadi. Tidak mau mengulang kesalahan yang beberapa minggu lalu kami
(I and fiancee) lakukan. Sebelum masuk cerita inti saya mau cerita dulu
beberapa minggu yang lalu kami makan di restoran Jepang di daerah Gejayan Jogja,
sebelum makanan kami di antar ada seorang Ibu-ibu yang usianya kurang
lebih 60 tahun datang menghampiri kami yang kebetulan kami memilih tempat
di dekat parkiran karena di dalam sudah penuh. "Den sedoso ewu mawon
den,,," kata Ibu itu dengan penuh harap. Ibu itu adalah penjual
pisang molen yang daganganya di jual secara keliling dengan membawa tenggok
ditaruh belakang sama persis dengan Ibu-ibu penjual jamu. Dengan rasa
ragu dan dengan kedua telapak tangan saling bersentuhan saya menolak
tawaran Ibu itu sampai dua kali. Bukan tanpa alasan, dalam pikiran saya
sedang makan pasti nanti kenyang kebetulan juga ada roti di rumah yang
belum sempat saya makan. Setelah memastikan kalau saya menolak tawaran Ibu
itu, maka beliau bergegas menawarkan daganganya ke calon pembeli lain. Sungguh
membuat saya merasa menyesal, orang di belakang saya justru membeli pisang molen yang di jual Ibu itu. Setelah pulang ke rumah kita masing-masing,
kami membahas penyesalan kami yang tidak membeli pisang molen yang
ditawarkan ibuk tadi. Kami pun sepakat untuk mencari Ibu itu di sepanjang
jalan gejayan pada hari berikutnya. Sampai tiga hari setelah kejadian itu
saya sendiri mencari Ibu itu dan tidak berhasil ketemu sampai sekarang.
Tidak mau mengulang kejadian yang membekas seperti kemarin. Tidak sengaja
kami mampir di Minimarket Gedung kuning, terlihat Nenek usia sekitar 70
tahun menggelar dagangan di emper minimarket tanpa menggunakan alas. Dalam
hati kecil sakit hati ini dipaksa melihat fenomena yang jauh dari kata
layak. Kami pun menghampiri dan membeli dagangannya, kami tidak tahu
kira-kira apa yang pantas untuk kami berikan untuk si Nenek yang penuh
semangat berjualan, malam dan tetesan air hujan sama sekali tidak
melunturkan niat si nenek untuk jualan. Belum sempat menanyakan nama beliau (karena beliau nampaknya sudah agak susah di ajak komunikasi) , kami pun hanya mengambil gambar nenek tersebut dengan maksud ingin
membantu untuk memasarkan dagangan beliau (lewat tulisan ini). Kami sadar, bukan materi yang
kami ingin berikan toh kami juga gak punya cukup uang juga.
Teman-teman yang membaca blog saya, tolong jika kita masih muda bisa
berbuat banyak mari kita berbuat apa yang mampu kita kerjakan untuk
membantu orang lain. Mungkin hanya sepele, tapi saya yakin itu akan
berdampak besar bagi orang yang kita bantu. Belajar dari kejadian kemarin,
saya merasa sedih dan sekaligus bangga. Karena apa, ya karena ada
nenek-nenek dan ibuk-ibuk yang umur mereka sudah tidak muda lagi tetapi
punya semangat dan naluri yang sangat positif demi bertahan hidup, coba
kita bayangkan misal orang-orang tersebut adalah keluarga kita, nenek kita
bahkan ibuk kandung kita. Apa yang bisa kita perbuat? Apa yang bisa kita
ubah agar orang-orang hebat tersebut bisa terus berjualan dan survive?. Yuk
kita bantu untuk membeli dagangan mereka. Sepanjang jalan Gejayan Jogja ibuk
penjual pisang molen biasa menawarkan daganganya dan sampai sekarang belum pernah
lagi saya ketemu dan di emperan Indomaret Gedung Kuning Jogja kalian kalau
beruntung bisa ketemu dengan nenek hebat yang menjual daganganya di emperan Indomaret. Semoga kalian beruntung dan bisa berbagi dengan bantuan kalian,
apapun itu saya yakin kalian pasti di tunggu.
|
|
|